Bagaimana menemukan kehendak Allah saat menentukan pasangan hidup (calon suami atau istri)? Atau ada juga bentuk pertanyaan lain: siapa yang dikehendaki Allah menjadi pasangan hidup kita?
Menemukan Pasangan Hidup Seiman
Mungkin ada dari antara saudara yang pernah mengalami perasaan jatuh cinta berat (entah itu pada pandangan pertamax atau keduax). Dan saking cintanya, saudara tanpa sadar bergumam, “Ah, pastilah orang ini yang dikehendaki Allah menjadi pasangan hidupku”. Tunggu dulu. Sebaiknya kita tidak mencampuradukkan antara keinginan Allah dengan keinginan emosional kita. Rasa cinta kita biasanya dipengaruhi aspek-aspek fisik (misalnya kecantikan, kekayaan, body six pack, dll). Jika demikian, perasaan kitalah yang mengatakan bahwa sang calon sudah dipilihkan Allah bagi saudara. Perhatikan pula satu anekdot lucu tentang cinta yang layak kita dengar:
“Cinta itu buta, tapi hanya butuh satu pernikahan untuk mencelikkan mata itu kembali”.
Anekdot itu bermakna bahwa, sering sekali apa yang sekilas kelihatan indah, setelah diperhatikan justru menyimpan cacat yang tidak sesuai dengan harapan. Luapan emosi yang membakar dalam bentuk cinta sering membuat orang mengabaikan hal-hal penting soal memilih pasangan. Namun pada saat hal-hal penting itu sudah sangat mendesak, akhirnya kita menyesal dan harus gigit jari. Contoh sederhananya adalah menyangkut latar belakang kehidupan calon pasangan. Kadang perasaan cinta yang emosional membuat seseorang tidak peduli akan latarbelakang kehidupan si calon, entah dia seorang residivis, penjahat, pencopet dan sebagainya. Nah, kalau nanti mereka harus berpisah karena si suami/isteri dipenjara, mau jadi apa coba?
Secara spesifik Alkitab memang tidak menguraikan bagaimana keinginan Allah soal memilih suami/istri. Tapi umumnya ketika menyinggung soal perkawinan, yang ditekankan adalah soal kekudusan. Allah ingin agar kita tetap setia kepada Allah saat memilih pasangan hidup (Ezra 10:2). Itu sebabnya Allah melarang keturunan Israel menikah dengan orang kafir (yang tidak mengenalNya). Ibarat kata, Allah tidak mau punya ‘menantu’ yang tidak tunduk kepadaNya. Itulah arti kekudusan yang dimaksud.
Jika kita mengikuti kehendak Allah dalam Alkitab tadi, maka menjadi jelas apa yang saya ungkit sekilas tadi. Luapan api cinta yang membara (berlebihan sekali. hahaha) perlu diselidiki. Apakah cinta kita itu nanti mampu mewujudkan pernikahan yang kudus? Apakah cinta saudara dan calon pasangan saudara nanti tetap dapat melanggengkan hubungan Anda dengan Tuhan? Jika ini sudah dapat dipenuhi, dan saudara yakin, maka saya akan mengucapkan selamat bagi saudara. Saya kira Anda telah menemukan orang yang dikehendaki Allah. Dan juga, Anda telah menjalankan kehendak Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar