Anastasya
Stefany seorang gadis remaja yang cantik. Namun dibalik kecantikannya
itu, ternyata dia pernah menyimpan kepahitan terhadap pria. Baginya pria
adalah sosok yang tidak bisa dipercaya.
Di awal
kesaksiannya, Stefani menceritakan bahwa keluarganya adalah keluarga
harmonis. Hubungannya dan ayahnya pun sangat dekat. Namun semua itu
sirna ketika ayahnya ketahuan selingkuh.
"Pada
awalnya saya tahu papi saya selingkuh itu karena mami saya terlihat
sering mengurung diri di kamar dan mukanya kelihatan sedih terus. Saya
juga merasakan bahwa papi saya sudah tidak sayang lagi sama saya,"
ungkap Stefani.
Kenyataan
ini membuat Stefani sangat marah dan membenci ayahnya. "Saya benci papi
saya sampai-sampai saya tidak mau dipeluk lagi. Kalau mau dipegang papi
saya, saya rasanya males banget karena dia habis dengan cewe lain,"
ungkapnya.
Hal ini
diperparah karena hubungan Stefani dengan kekasihnya kandas ditengah
jalan karena sosok wanita lain. Semua kemelut kehidupan ini membuat dia
sangat galau. "Perasaan saya waktu itu bercampur aduk! Marah iya, stress
iya! Tapi saya sendiri tidak tahu mau marah sama siapa karena saya
selain marah sama papi saya, saya juga marah sama semua laki-laki yang
lain," jelas Stefani yang akhirnya menyamakan bahwa semua laki-laki
tidak dapat dipercaya.
Semua
yang dialami Stefani membuatnya merasa lebih nyaman berhubungan tanpa
status dengan laki-laki. "Nggak ada gunanya hubungan serius-serius amat.
Toh saya juga nggak mau merid," cetusnya yang akhirnya membalas dendam
dengan mempermainkan pria.
Upaya
balas dendam yang dilakukan Stefani rupanya membuatnya kehilangan jati
diri. Ia bahkan merasa tidak mengenal dirinya sendiri karena semua
perbuatannya itu. Akhirnya atas ajakan seorang teman, Stefani pun mulai
bergabung dalam kegiatan ibadah.
Dalam
sebuah kelompok sel, Stefany dikenalkan dengan sosok Yesus yang
menyayangi umat-Nya. Di sana lah dia mulai bertobat. "Jadi saya merasa,
"saya kok jahat banget yaa?" Selain kepada orangtua saya, saya lebih
merasa telah menyakiti Tuhan," ungkap Stefany.
Meskipun
dia telah memperbaiki pergaulannya, Stefany mengaku masih terganjal
dengan kebenciannya pada ayahnya. Namun sebuah peristiwa membuatnya
semakin yakin kalau dia harus melepas pengampunan untuk ayahnya itu.
Ketika
itu Stefany sedang asyik membaca buku. Tanpa sengaja dia menemukan
pembatas buku yang bertuliskan Doa Bapa Kami. Hati Stefany langsung
bergetar ketika membaca kalimat "Ampunilah kami seperti kami mengampuni
orang yang bersalah kepada kami".
Kalimat
itu membuatnya tertegun dan kembali memikirkan apa yang telah
dilakukannya selama ini. Tuhan telah mengampuni segala dosanya, tapi
dirinya sendiri tidak bisa melakukan hal yang sama. Dia kemudian
bergumul untuk bisa melepaskan pengampunan kepada ayahnya itu.
"Akhirnya
lama kelamaan dengan bantuan Tuhan saya bisa mengampuni papi saya
seratus persen, dan saya bisa melakukan apa yang sudah dilakukannya
kepada keluarga kami terutama kepada saya juga. Saya mengasihi papi
saya!" akunya girang.
"Jadi
sejak saya dipulihkan oleh Tuhan Yesus saya tidak kembali ke pergaulan
yang rusak, saya juga tidak benci lagi kepada papi saya dan saya tidak
benci lagi kepada semua laki-laki. Tuhan membentuk saya menjadi orang
yang lebih matang secara karakter," ungkap Stefany menegaskan karya
Tuhan terhadap hidupnya.
Sumber Kesaksian :
Anastasya Stefany
Anastasya Stefany